Minggu, 19 Juni 2016

struktur modal

pengertian Struktur Modal

      
   Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.
Menurut Frank J Fabozzi and Pamela Peterson (2000), capital structure is the combination of debt and equity
used to finance a firm’s projects. The capital structure of a firm is some mix of debt, internally generated equity, and new equity.
Menurut Keown et.al (2000), struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.
Menurut Farah Margaretha (2004), struktur modal menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri.
Menurut Robert C Higgins (2004), capital structure is the composition of the liabilities side of a company’s balance sheet, the mix of funding sources a company uses to finance its operations.
Menurut Handono Mardiyanto (2009), struktur modal didefinisikan sebagai komposisi dan proposi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan.
Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010), struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.
Menurut Husnan Suad (2004) struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri.
Menurut Sabar Warsini (2003) struktur modal merupakan sumber pendanaan jangka panjang terdiri dari obligasi dan saham.
Struktur modal merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham (Birgham dan Gapensi : 1996) dalam penelitian Tinjung Desy Nursanti (2004).
  Menurut Bambang Riyanto (2001) dalam penelitian Hasa Nurrohim (2008), struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.
Struktur modal menunjukkan proposi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya.
Jadi, berdasarkan beberapa referensi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal, dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek. Sedangkan pengertian struktur keuangan menurut Farah Margaretha (2004) menggambarkan susunan keseluruhan sisi kredit neraca yang terdiri atas utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal sendiri.
Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan) sementara itu utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas. Karena alasan itu pulalah biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang (Handono Mardiyanto, 2009).
Kebutuhan dana yang berasal dari dalam atau sering disebut modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri seperti cadangan laba yang berasal dari pemilik seperti modal saham. Modal inilah yang menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan dijadikan jaminan bagi kreditor. Sedangkan dana yang berasal dari luar adalah modal yang berasal dari kreditur (panyandang dana), modal inilah yang merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan (Bambang Riyanto, 1980).
Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital structure managementadalah menggabungkan sumber – sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai operasi. Dengan kata lain, tujuan ini dapat dilihat sebagai pencarian gabungan dana yang akan meminimumkan biaya modal dan dapat memaksimalkan harga saham. Struktur modal yang demikian, dapat kita sebut sebagai struktur modal yang optimal (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010).
Konsep penting manajemen modal adalah masalah sumber dana dan penggunaan dana. Dana dapat dipenuhi dari sumber intern ataupun sumber eksternperusahaan. Dana tersebut dialokasikan untuk membelanjai aktiva perusahaan. Pada hakekatnya, pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan keseimbangan finansial antara aktiva dengan pasiva tersebut dengan sebaik – baiknya. Keseimbangan finansial dapai dicapai, apabila perusahaan tersebut selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan – gangguan finansial yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan modal yang dibutuhkan.
Menurut Bambang Riyanto (2001) di dalam penelitian Elyana Noor Andriyanti (2007) ada dua pedoman structure financial yaitu pedoman structure financial vertical dan pedoman structure financial horizontal. Pedoman structure financial vertical memberikan batas rasio yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal pinjaman atau  hutang dengan besarnya jumlah modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang sehat itu awalnya harus dibangun atas dasar modal sendiri, maka pedoman structure financial tersebut menetapkan bahwa besarnya jumlah modal pinjaman atau hutang dalam suatu perusahaan dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya jumlah modal sendiri. Dengan demikian angka perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah modal sendiri tidak boleh lebih dari 100%. Adapun structure financialhorizontal memberikan batas rasio antara besarnya jumlah modal sendiri dengan besarnya jumlah aktiva tetap ditambah persediaan bersih. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa dana yang terkait dalam aktiva tetap ditambah persediaan bersih akan tetap tertanam di dalam  perusahaan, sehingga sifat kebutuhan dananya adalah permanen. Sumber dana yang permanen atau sumber dana yang akan tetap tertanam dalam perusahaan adalah modal sendiri.
Contoh : I
  1. PT”ABC” semula hutang sebesar Rp 30.000.000 dengan bunga 5% dan laba operasi bersih Rp 10.000.000,- Misalkan tingkat kapitalisasi modal sendiri(tingkat kapitalisasi berarti tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk modal sendiri sebesar 11%. Kalau kita hitung penilaian perusahaan sebagai berikut :
        Laba bersih operasi                 Rp 10.000.000
        Bunga 5% x Rp 30.000.000    Rp   1.500.000(-)
       Laba tersedia untuk                 Rp   8.500.000
         pemegang saham
      ke    Tingkat kapitalisasi MS                    0,11       (:)
           Nilai pasar  Saham                 Rp 77.727.700
   Nilai pasar obligasi                                        Rp  30.000.000(+)
  Nilai keseluruhan Persh                              Rp107.277.000
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau
ko  =  O  =    Rp 10.000.000             x 100% =  9,32 %
                V             Rp 107.277.000
Bila perusahaan mempunyai 850 lb saham, maka harga per lb saham =  Rp 77.277.000  Rp 90.910,-
                                                       850
2. Sekarang bila perusahaan ingin mengganti obligasi 
    dengan saham.Nilai obligasi pd soal.1 Rp30.000.000, 
    sedang harga saham Rp 90.910/lb, maka diperlukan
    maka diperlukan Rp 30.000.000 : Rp 90.910 = 330 lb
Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri semuanya, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih rendah yaitu 10%. Maka besarnya ko (tingkat kapitalisasi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut :
O             Laba operasi                                       Rp 10.000.000
F              Bunga                                                   Rp               0                  (-)
E              Laba tersedia untuk                        Rp 10.000.000
                pemegang saham
ke           Tingkat kapitalisasi MS                                   0,10                (:)
S              Nilai pasar saham                                             Rp100.000.000
B             Nilai pasar obligasi                           Rp               0                  (+)
V             Nilai keseluruhan persh                                Rp100.000.000
Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau 
ko           = O  = Rp 10.000.000     x 100% = 9,46%
                    V     Rp 105.714.000
Harga per lb saham = Rp 45.714.000 =Rp 87.910,-
                                                                                520
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional diatas bahwa struktur modal yang optimal pada contoh no.1 yaitu Rp 107.277.000,- memberikan biaya modal yang terendah 9,32% dan memberikan harga saham yang tertinggi Rp 90.910,- dibandingkan soal no.1 dan no.3

 http://ekonomi.kabo.biz/2011/02/pengertian-struktur-modal.html
power poin

perencanaan investasi

Perencanaan Investasi
Jenis-jenis Keputusan Investasi Modal
Jenis-jenis keputusan investasi modal adalah:
1.  Keputusan pengurangan biaya
2. Keputusan pelunasan pabrik dan fasilitas penggudangan
3.   Keputusan pemilihan mesin
4.   Keputusan untuk membeli atau menyewa
5.   Keputusan penggantian peralatan
Keputusan investasi modal dapat dibagi menjadi 2 kelompok:
1 Keputusan penyaringan (Screening decision)Adalah jenis keputusan yang berkaitan dengan apakah usulan proyek investasi memenuhi standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.  Keputusan pemilihan (Preference decision)Adalah jenis keputusan yang berkaitan dengan pemilihan beberapa alternative usulan proyek investasi.
Nilai Waktu Uang
Dalam pembuatan keputusan investasi modal, perlu digunakan teknik atau pendekatan yang mengakui nilai waktu uang. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa nilai satu rupiah pada hari ini lebih besar dbanding dengan nilai satu rupiah pada tahun yang akan datang. Kondisi ini juga berlaku dalam pemilihan alternative proyek investasi.
Ada dua pendekatan dalam pendiskontoan arus kas, yaitu:
1.      Metode Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value/NPV)
Dengan metode NPV, penilaian sebuah usulan investasi dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
·   Seluruh arus kas masuk yang dijanjikan oleh sebuah proyek investasi dinilai tunaikan.
·   Seluruh arus kas keluar selama umur proyek juga dinilaitunaikan.
·   Nilai tunai arus kas masuk dijumlahkan dan nilai tunai arus kas keluar juga dijumlahkan.
·   Bandingkan nilai uang tunai arus kas masuk dan jumlah nilai tunai arus kas keluar.
Selisih antara kedua angka disebut dengan net present value. Angka ini digunakan untuk membuat keputusan menerima atau menolak sebuah usulan investasi. Jika nilai tunai arus kas masuk lebih besar dari jumlah nilai tunai arus kas keluar, maka usulan investasi tersebut diterima, demikian pula sebalikanya, jika jumlah nilai tunai arus kas masuk lebih kecil dibanding jumlah nilai tunai arus kas keluar, maka usulan investasi ditolak.
Mengapa analisis menekankan pada arus kas? Alasan utamanya adalah bahwa laba akuntansi dihitung berdasarkan konsep accrual yang mengabaikan timing arus masuk dan arus keluar kas. Meskipun informasi laba bersih sangat bermanfaat bagi keperluan lain, namun informasi laba bersih tidak digunakan dalam analisis pendiskontoan arus kas. Dengan demikian, manajer dapat mengabaikan informasi laba bersih dan lebih berkonsetrasi pada upaya mengidentifikasi arus kas yang berhubungan dengan sebuah proyek investasi.
Jenis-jenis arus kas, antara lain:
1.      Arus kas keluar, merupakan investasi awal (termasuk biaya instalasi), kenaikan modal kerja, reparasi dan pemeliharaan, dan kenaikkan biaya operasi.
2.      Arus kas masuk, merupakan kenaikkan pendapatan, penurunan biaya, nilai sisa/residu, dan pembebasan modal kerja.
Pemulihan investasi awal. Ketika menghitung nilai tunai sebuah proyek, depresiasi tidak dikurangkan , karena:
1)      Depresiasi merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas saat ini.
2)      Metode pendiskontoan arus kas secara otomatis memberikan kembalian investasi awal, sehingga pengurang depresiasi tidak diperukan.
Penyederhanaan asumsi. Dalam menggunakan metode arus kas yang didiskontokan, minimum ada dua asumsi yang disederhanakan, yaitu:
1.      Seluruh arus kas selain investasi awal dianggap terjadi pada akhir tahun.
2.      Seluruh arus kas yang dihasilkan oleh sebuah proyek investasi segera diinvestasikan kembali.
Pemilihan tingkat bunga (discount rate). Untuk menggunakan metode NPV, kita harus memilih tingkat kembalian untuk pendiskontoan arus kas menjadi nilai tunai. Tingkat kembalian yang digunakan dalam perhitungan biasanya merupakan tingkat bunga umum yang berlaku di pasar. Umunya mengacu pada biaya modal (cost of capital) perusahaan. Biaya modal adalah rata-rata tingkat kembalian yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada kreditur jangka panjang dan para pemegang saham untuk pengguna modal mereka. Yang dimaksud dengan modal terdiri dari modal asing (utang) dan modal sendiri (modal saham).
3. Metode Tingkat Kembalian Internal (Internal Rate Of Return/IIR)
The time-adjusted rate of return (TARR) atau internal rate of return (IIR) adaah tingkat bunga yang dijanjikan oleh sebuah proyek investasi selama umur proyek tersebut. Tingkat bunga ini sering disebut dengan hasil (yield) sebuah proyek investasi. IIR dihitung dengan mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai tunai arus kas keluar dan nilai tunai arus kas masuk sebuah proyek. Dengan kata lain, IIR adalah tingkat bunga yang menghasilkan angka NPV sama dengan nol. Jadi IIR merupakan true interest yield yang dijanjikan olh sebuah proyek investasi.
Penggunaan angka Intenal Rate of Return
Tingkat kembalian minimum adalah tingkat kembalian yang diharapkan dari sebuah proyek investasi. Apabila angka IIR lebih besar atau sama dengan tingkat kembalian minimum yang diharapkan, maka usulan sebuah proyek dapat diterima. Jika angka IIR lebih kecil dari tingkat kembalian minimum, maka usulan investasi ditolak. Angka yang dijadikan patokan dasar untuk menetapkan tingkat kemalian minimum adalah biaya modal (cost of capital).
Biaya modal (cost of capital) sebagai alat penyaring usulan investasi. Jika perusahaan menggunakan metode IIR, biaya modal digunakan sebagai tarif penghambat (hurdle rate) yang harus dilewati oleh sebuah proyek investasi agar usulan proyek itu diterima.
Jika perusahaan menggunakan metode NPV, maka biaya modal dipakai sebagai tingkat bunga (discount rate) guna menghitung NPV untuk usulan proyek investasi.
Perbandingan Antara Metode NPV dan Metode IIR
1.      Metode NPV lebih mudah digunakan
2.      Asumsi yang dibangun dalam metode IIR memunculkan pertanyaan.
Yang menyebabkan perbedaan antara metode NPV dengan metode IIR adalah (1) metode NPV menganggap bahwa arus masuk kas akan diinvestasikan kembali pada tingakat kembalian tertentu, sedangkan metode IIR tingkat kembaliannya sama dengan IIR, (2) NPV mengukur kemampulabaan dalam angka absolute, sedangkan IIR mengukurnya dalam angka relative (%).





Capital Rationing
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam melakukan kajian dan pemilihan proyek-proyek dengan kendala dana untuk menghasilkan nilai maksimum bagi perusahaan disebut capital rationing, yaitu merupakan pendekatan dalam pemilihan berbagai alternative proyek investasi apabila perusahaan memiliki dana terbatas. Dalam pendekatan ini, nilai perusahaan dimaksimumkan dengan memilih kombinasi proyek yang merayap dana yang tersedia dan memaksimumkan jumlah NPV.
Proyek independen dan investasi parsial. Untuk memilih proyek investasi yang memaksimumkan jumlah NPV dapat digunakan indeks NPV apabila 2 kondisi ini terpenuhi, yaitu: (1) proyek investasi yang dianalisis bukan proyek yang saling meniadakan (mutually exclusive), dan (2) dimungkinkan investasi parsial. Indeks NPV dapat dihitung dengan membagi NPV dengan investasi awal.
Indeks NPV = NPV/Investasi awal
Investasi yang dapat dipecah (divisible investment), artinya investasi dapat dilakukan untuk sebagian saja, sedangkan investasi yang tidak dapat dipecah (indivisible investment), artinya nilai investasinya harus 100%.
Jika dana yang dimiliki oleh perudahaan tidak terbatas jumlahnya, maka proyek yang menghasilkan NPV tertinggilah yang akan dipilih dari proyek-proyek yang saling meniadakan. Namun jika dana yang tersedia terbatas, maka criteria NPV tidak dapat lagi digunakan karena pemilihan beberapa proyek akan mempengaruhi ketersediaan dana untuk proyek-proyek lainnya.
Pendekatan Lain Dalam Analisis Investasi Modal
Metode-metode untuk menganalisis investasi modal antara lain:
1.      Metode Periode Kembalian Investasi (Payback Method)
Periode kembalian investasi adalah waktu yang diberikan oleh sebuah proyek investasi untuk menutup investasi mula-mula dengan penerimaan kas yang dihasilkan oleh investasi tersebut. Metode periode kembalian investasi memusatkan perhatiannya pada rentang waktu tersebut. Anggapan dasar metode ini adalah semakin cepat waktu yang diperlukan oleh sebuah proyek investasi untuk menutup investasi awal, semakin baik proyek investasi tersebut. Untuk menghitung periode kembalian investasi dapat menggunakan rumus berikut:
Periode Kembalian = Investasi Awal/Arus Kas Masuk Bersih Tahunan
Kelebihan metode periode kembalian investasi:
oMembantu manajer mengidentifikasi manakah diantara proposal yang “akan dipertimbangkan” untuk dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan metode-metode yang lebih akurat.
o   Bermanfaat bagi perusahaan yang baru yang kondisinya kekurangan kas.
o   Bermanfaat bagi industri yang produknya cepat usang.
2.  Metode Tingkat Kembalian Sederhana (Simple Rate Of Return Method)
Metode ini merupakan metode yang tidak melibatkan pendiskontoan arus kas masuk, namun lebih memfokuskan pada laba bersih akuntansi.
Postaudit Terhadap Proyek Investasi Terpilih
Postaudit sebuah proyek investasi yang terpilih merupakan tindak lanjut setelah sebuah usulan proyek investasi dipilih dan diterapkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kinerja proyek investasi yang diharapkan benar-benar dapat dicapai, selain itu untuk menilai apakah data dan informasi yang digunakan sebagai bahan pertimbangan membuat keputusan mau memilih alternative proyek investasi cukup akurat dan menggambarkan kondisi sesugguhnya.
Investasi Modal di Lingkungan Industri Maju
Di lingkungan industri maju, investasi jangka panjang umumnya berhubunga dengan otomasi (komputerisasi) pabrik. Sebelum komitmen terhadap otomasi dilakukan, sebuah perusahaan seharusnya meningkatkan efisiensi penggunaan teknologi yang sekarang dipakai. Berbagai manfaat dapat diperoleh dari perencanaan rancangan ulang da penyederhanaan proses manufaktur yang dilakukan sekarang.
Jika manfaat dari perencanaan ulang dan penyederhanaan telah dicapai, barulah dapat dilihat secara jelas apakah otomasi dapat menghasikan tambahan biaya. Lingkungan manufaktur baru menghendaki bahwa perhatian sekarang lebih diarahkan pada input yang digunakan dalam model pendiskontoan arus kas.

Investasi dalam system manufaktur biasanya lebih mudah diidentifikasi, karena hamper semua investasi digunakan untuk pembelian peralatan produksi. Estimasi arus kas operasi dari investasi dalam peralatan standar umumnya bersandar pada manfaat wujud yang dapat diidentifikasikan secara jelas, seperti peghematan biaya tenaga kerja. Di lingkungan manufaktur baru, manfaat tak berwujud dan manfaat tidak langsung nilainya sangat material dan penting bagi kelayakan sebuah proyek.


KRITERIA PENILAIAN INVESTASI
Dalam pemilihan usulan investasi, manajemen memerlukan informasi akuntansi sebagai salah satu dasar penting untuk menentukan pilihan investasi. Informasi akuntansi dimasukkan dalam suatu model pengambilan keputusan yang berupa kriteria penilaian investasi untuk memungkinkan manajemen memilih investasi terbaik di antara alternatif investasi yang tersedia.
Ada beberapa metode untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih berbagai macam alternatif investasi.
·         Pay back method
·         Average return on investment
·         Present value
·         Discounted cash flow (Internal Rate of Return)
·         Modified Internal Rate of Return (MIRR)
Profitability Index (PI)
Pay back Method
Dalam metode ini faktor yang menentukan penerimaan atau penolakan suatu usulan investasi adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menutup kembali investasi. Oleh karena itu, dengan metode ini setiap usulan investasi dinilai berdasarkan apakah dalam jangka waktu tertentu yang diinginkan oleh manajemen , jumlah kas masuk atau penghematan tunai yang diperoleh dari investasi dapat menutup investasi yang direncanakan.
Investasi
Pay back period =
Kas masuk bersih
Kelemahan pay back method:
1.Metde ini tidak memeperhitungkan nilai waktu uang.
2.Metode ini tidak memperlihatkan pendapatan selanjutnya setelah investasi pokok kembali.
Kebaikan pay back method:
1.Untuk investasi yang besar resikonya dan sulit diperkirakan, maka metode ini dapat mengeahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi.
2.Metode ini dapat digunakan untuk menilai dua investasi yang mempunyai rate of return dan resiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu pengembaliannya paling cepat.
3.Metode ini merupakan alat yang paling sederhana untuk penilaian usulan investasi
PV Investasi
Pay back period =
PV Kas masuk bersih
Average Return on Investment
Metode ini sering disebut Financial statement method, karena dalam perhitungannya digunakan angka laba akuntansi
Rata-rata Laba sesudah pajak
Rata-rata kembalian investasi =
Rata-rata investasi
Kriteria pemilihan investasi dengan metode ini adalah: Suatu investasi akan diterima jika tarif kembalian investasinya dapat memenuhi batasan yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Kelemahan metode rata-rata kembalian investasi:
1.         Belum memperhitungkan nilai waktu uang.
2.         Menitik beratkan maslah akuntansi, sehingga kurang memperhatikan data aliran kas dari investasi
3. Merupakan pendekatan jangka pendek.
Present Value Method
Teknik net present value (NPV) merupakan teknik yang didasarkan pada arus kas yang didiskontokan. Ini merupakan ukuran dari laba dalam bentuk rupiah yang diperoleh dari suatu investasi dalam bentuk nilai sekarang. NPV dari suatu proyek ditentukan dengan menhitung nilai sekarang dari arus kas yang diperoleh dari operasi dengan menggunakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan kemudian menguranginya dengan pengeluaran kas neto awal.
NPV = present value dari arus kas operasi – pengeluaran kas neto awal
At        Io         = nilai investasi atau outlays
NPV = -Io + ∑ ————–     At        = aliran kas neto pada periode t
( 1 + r ) t          r           = diacount rate
t           = umur proyek.

Minggu, 01 Mei 2016

sumber modal dan tenaga kerja

faktor produksi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini.(Griffin R: 2006) Secara total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical resources), kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information resources).
Sumber daya fisik[
Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air, dan bahan mentah
Tenaga kerja[
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.
Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja dapat dibagi menjadi tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terampil, dan tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja terdidikadalah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan tertentu sehingga memiliki keahlian di bidangnya, misalnya dokter, insinyur, akuntan, dan ahli hukum. Tenaga kerja terampiladalah tenaga kerja yang memerlukan kursus atau latihan bidang-bidang keterampilan tertentu sehingga terampil di bidangnya. Misalnya tukang listrik, montir, tukang las, dan sopir. Sementara itu, tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja yang tidak membutuhkan pendidikan dan latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung, dan lain-lain.
Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor, konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi. Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.
Modal[
Yang dimaksud dengan modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.
Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam proses produksi. Misalnyamesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan yang dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan hak merek.
Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.
Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habis digunakan dalam satu kali proses produksi. Misalnya, bahan-bahan baku.
Kewirausahaan]
Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir faktor-faktor produk
Sumber daya informasi
Sumber daya informasi adalah seluruh data yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Data ini bisa berupa ramalan kondisi pasar, pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan, dan data-data ekonomi lainnya.
Referensi

                                                                        

Jumat, 29 April 2016

tugas sofskill




Analisa Break Even Point | Pengertian BEP
Pengertian Break Even Point
Break Even Point, Pengertian Break Even Point adalah kondisi dalam suatu operasi entitas bisnis tidak menghasilkan laba, pun tidak mengalami kerugian. Dalam bahasa sederhana: IMPAS (pendapatan = beban). Break Even Point seringkali disingkat BEP dalam penyebutannya agar mudah oleh kebanyakan orang dibawah ini pengertian menurut para ahli
S Munawir | 2002
Titik BEP (Break Even Point) atau juga titik pulang pokok adalah suatu kondisi operasi perusahaan tidak mendapatkan laba dan juga tidak mengalami kerugian (Total Biaya = Total Pendapatan)
Purba | 2002
Purba menyatakan Break Even Point berdasar kepada suatu pernyataan yang sederhana, berapa jumlah unit produksi yang harusnya dijual guna menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut
PS Djarwanto | 2002
BEP adalah suatu kondisi impas yaitu bila telah tersusun perhitungan laba-rugi entitas bisnis pada periode tertentu, dan entitas tersebut tidak memperoleh keuntungan juga tidak mengalami kerugian.








Manfaat Break Even Point
·         Berikut beberapa manfaat dari Break Even Point :
  • Sebagai alat dalam perencanaan untuk menghasilkan laba
  • BEP menydiakan informasi tentang berbagai tingkat jumlah volume suatu penjualan dan hubungannya dengan potensi mendapatkan laba berdasarkan tingkat volume penjualan yg bersangkutan
  • Untuk mengevaluasi laba entitas secara keseluruhan.
  • Mengganti tebalnya sistem laporan dengan grafik yang sangat mudah dibaca ataupun dimengerti.
Komponen-komponen yang memiliki peran pada BEP adalah biaya. Biaya disini merupakan biaya tetap dan biaya variable, dimana dalam prakteknya untuk menentukan atau memisahkan suatu jenis biaya apakah itu termasuk biaya tetap atau variabel bukan hal yang mudah. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan satu unit produk, jadi bila tidak melakukan aktivitas produksi maka biaya variabel ini tidak akan muncul, sedangkan biaya tetap merupakan biaya yang keluar untuk semua aktivitas entah itu untuk produksi ataupun bukan untuk produksi.

Tujuan utama dari suatu perusahaan salah satunya adalah mendapatkan keuntungan atau laba, untuk memperoleh keuntungan/laba secara maksimal bisa dilakukan dengan beberapa langka berikut
a.       Menekan sebisa mungkin biaya produksi atau biaya operasional sekecil kecilnya, serendah rendahnya tetapi tingkat harga, kkualitas maupuan kutantitasnya tetap dipertahankan sebisanya.
b.       Penentuan harga jual sedeikian rupa menyesuaikan tingkat keuntungan yang diinginkan/dikehendaki
c.        Volume kegiatan ditingkatkan dengan semaksima
Kegunaan dari Break Even Point
 Diatas  sudah dijabarkan analisa BEP penting bagi pimpinan manajemen suatu perusahaan untuk bisa mengetahui berapa tingkat produksi dimana total biaya yang dikeluarkan akan sama dengan total jumlah penjualan. Dengan kata lain, dengan: BEP manajemen akan tahu hubungan antara produksi, harga jual, penjualan, biaya, laba ataupun rugi sehingga bisa mempermudah manajemen dalam pengambilan sebuah keputusan.

Asumsi Break Even Point

Analisis BEP akan beguna bila asumsi asumsi dasar dipenuhi, berikut diantaranya:
Biaya biaya yang dikeluarkan entitas bisa dikelompokkan kedalam biaya tetap dan biaya variable.
a.       Besar kecilnya biaya variable secara total berubah ubah secara proprosional dengan tingkat volume produksi ataupun penjualan, hal ini mengartikan bahwa biaya variable per unit adalah tetap
b.      Besar kecilnya biaya tetap tidak berubah walaupun ada perubahan dalam volume produksi ataupun penjualan. Ini mengartikan biaya tetap per unit berubah ubah dengan adanya perubahan pada volume kegiatan.
c.       umlah unit yang terjual (unit produk) sama dengan angka per unit produk yang dihasilkan/diproduksi.
d.      Harga jual per unit tidak akan berubah dalam periode tertentu
e.       Entitas/Perusahaan hanya menghasilkan satu jenis produk. Jika lebih dari satu jenis produk, komposisi masing masing jenis produk diasumsikan tetap (konstan)

Analisis BEP juga bisa dipergunakan oleh manajemen perusahaan dalam pengambilan beberapa keputusan mengenai:
a.       Jumlah produk minimal yang harus terjual supaya perusahaan tidak menderita kerugian
b.       Jumlah minimal penjualan yg harus tetap dipertahankan supaya perusahaan tidak menderita kerugian
c.        Besar kecilnya penurunan penjualan yang bisa ditoleransi agar perusahaan tak mengalami kerugian
d.       Guna mengetahui efek dari sebuah perubahan harga, biaya ataupun tingkat volume penjualan terhadap keuntungan/laba yang didapat.
BEP juga bisa dipergunakan dalam 3 cara yang terpisah, tetapi masih saling berhubungan satu sama lainnya, yaitu digunakan untuk:
a.       Menganalisis program otomatis diamana suatu entitas akan melakukan operasi dengan cara lebih mekanis serta otomatis dan mengganti biaya variable dengan biaya tetap
b.       menelaah impak dari suatu perluasan tingkat aktivitas operasi secara umum
c.        Membuat suatu keputusan mengenai jenis produk baru yang harus dicapai apabila perusahaan  menginginkan BEP dalam suatu project yang diusulkan
Kita bisa menggunakannya menjadikan rumus untuk mengetahui hal hal seperti berikut ini
Ø  Hubungan antara biaya, penjualan serta laba
Ø  Mengetahui struktur biaya variable dan biaya tetap.
Ø  Bisa mengetahui kemampuan dalam merendahkan atau menekan biaya dan batasan dimana suatu perusahaan tidak mengalami rugi dan juga laba.
Ø  Mengetahui hubungan antara volume, cost, harga serta laba
Analisis BEP bisa memberikan penerapan yang cukup luas untuk mengujikan aktivitas aktivitas yang diusulkan didalam mempertinbangkan beberapa alternatif ataupun tujuan pengambilan suatu keputusan yang lain. Analisa BEP bukan sekedar semata mata hanya untuk mengetahui kondisi perusahaan yang Impas atau break even saja, tetapi analisa break even point bisa memberikan informasi kepada para pimpinan entitas/perusahaan mengenai berbagai tingkat volumi penjualan dan juga hubungannya dengan potensi atau kemungkinan mendapatkan keuntungan menurut tingkat penjuualan yang bersangkutan.


http://retnarindayani.blogspot.co.id/2013/01/break-event-point-analisis-titik-impas.html 

 Break Event Point (Analisis Titik Impas)Adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume penjualan dan profit.

Asumsi-asumsi:
1.      Analisis titik impas digunakan untuk analisis jangka pendek
2.      Biaya dikelompokkan menjadi 2:
            a.       Biaya tetap
            b.      Biaya variable : gambarannya apabila jumlah produksi berubah maka biaya juga berubah
            Misal : Tukang gorengan
            Biaya tetapnya : kuali, sendok, kompor, tabung gas
            Biaya variabelnya : minyak goring, tepung, gas, dll.
3.      Jumlah yang diproduksi = jumlah yang dijual
TC = AC x Q
TR = P x Q

TC    : Total Cost
TR     : Total Revenue
AC    : Average Cost
ATC  : Average Total Cost

4.      Harga jual per unit tetap
5.      Bauran penjualan tetap pada kasus multiproduk
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj246eRPHSOJxmaMvu6a6B4gKk8ni9h-7K5be1EGuxO9OBZ8AuILdCOSiZ8jqFAZC1aK2W1pqZfJGrAUkAPj52mENjYWWY0k_u-zVYrHsmSLTObq1nztIFD4Vu9CByWu2nrU8efQLartSlz/s1600/Picture1.jpg

          BEP       : 1. Berdasarkan jumlah barang yang diproduksi (unit)
                        2. Berdasarkan harga penjualannya (Rp)
1.      BEP (Q) atau BEP berdasarkan jumlah barang yang diproduksi (unit)
=  FC 
   P - V
Ket
FC                :Fixed Cost/biaya tetap
P                  :Harga
VC                :Variable Cost/biaya variable

Contoh :
Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap sebesar  300.000. Biaya variabel per unit 40. Harga jual per unit 100. Kapasitas produksi maksimal 10.000. Hitunglah BEP (Q)!

BEP (Q)     =    FC   
                      P – V
                = 300.000
                     100 - 40
                = 5.000 unit
atau
P- V          = contribution margin = 100 – 40 = 60
BEP (Q)     =                  FC                    
                            Contribution margin
                 = 300.000
                        60
                 = 5.000 unit
2.      BEP (P) atau berdasarkan harga penjualannya (Rp)
=        FC     
     1 – TVC
             S
Ket
Sales (S) atau volume penjualan = P x Q
Total Variable Cost (TVC) = VC x Q

Dari soal yang sama diatas:
Sales (S) atau volume penjualan = P x Q  = 100 x 10.000 = 1.000.000
Total Variable Cost (TVC)        = VC x Q = 40 x 10.000 = 400.000

BEP (Rp)       =        FC       
                           1 – TVC
                               S
                 =    300.000   
                     1 – 400.000
                         1.000.000
                = 500.000

BEP (Q)    = BEP (Rp)
                          P
                   = 500.000
                          100
                   = 5.000

Contribution margin ratio                  = 1–  400.000  = 0,6      
   Atau contribution to fixed cost                  1.000.000

Setiap perubahan penjualan akan menyebabkan setiap perubahan terhadap fixed cost sebesar 0,6
atau 60%

*** Margin of Safety : angka yg menunjukkan jarak antara penjualan yang direncanakan atau budget sales dengan penjualan break even.
penj. yg direncanakan – penj. Pada BEP x 100%
              Penj. yg direncanakan
1.000.000 – 500.000 x 100%
             1.000.000
= 50%

Efek Penambahan Faktor Terhadap BEP
A.     Harga jual
     1.      Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap sebesar  300.000. Biaya variabel per unit 40. Harga jual per
           unit naik dari 100 menjadi 160. Kapasitas produksi maksimal 10.000. Hitunglah BEP (Q)!
Jawab:
BEP (Q)             = 300.000 = 300.000
                               160 – 40       120
                              = 2.500 unit

BEP (Rp)           =    300.000     
                                1 –  400.000
                                     1.600.000
                           = 400.000
        Bila harga jual dinaikkan maka BEP-nya akan turun

    2.      Suatu perusahaan mengeluarkan biaya tetap sebesar  300.000. Biaya variabel per unit 40. Harga jual per
          unit turun dari 100 menjadi 80. Kapasitas produksi maksimal 10.000. Hitunglah BEP (Q)!

Jawab:
BEP (Q)             = 300.000 = 300.000
                               80 – 40       40
                              = 7.500 unit

BEP (Rp)           =    300.000    
                                1 –  400.000
                                      800.000
                             = 600.000
B.      Biaya Tetap
  1.      Ada Ada tambahan biaya tetap Rp 100.000 (300.000 + 100.000)
Memperbesar kapasitas produksi dari 10.000 unit – 15.000 unit
Biaya variabel per unit 40.
Harga jual per unit 100 – 90. Berapa BEP nya?

Jawab:
BEP (Q)             = 400.000 = 400.000
                                 90 – 40           40
                             = 8.000 unit

BEP (Rp)           =    400.000    
                              1 –  600.000
                                  1.350.000
                            = 727.000






C.     Sales Mix
Contoh soal:
Perusahaan memproduksi lebih dari satu produk
Sales = TR = Total Revenue = P. Q

Keterangan
Produk
Total
A
B
Sales
200.000
200.000
400.000
Q/unit
20.000
8.000
VC
60% x 200.000 = 120.000
40% x 200.000 = 80.000
200.000
FC
40.000
80.000
120.000
TC = VC + FC
160.000
160.000
320.000
Laba = S – TC
40.000
40.000
80.000(untung)

Jawab:
Sales mix     = A : B = 200.000 : 200.000 = 1 : 1
Produk mix = A : B =    20.000 :    80.000 = 2,5 : 1



BEPtotal (Rp)        =     FC       
                           1 – TVC
                                  S
                =    120.000
                        1 –  200.000
                               400.000
                      = 120.000/0,5
                      = 240.000










Sales Produk A           = ½ x 240.000
                                 = 120.000
TR                               = P. Q                                  
                                 = P . 20.000
P                               = 120.000/20.000
                                 = 6

 Sales Produk B             = ½ x 240.000
                                    = 120.000
TR                                = P. Q                                  
                                    = P . 8.000
P                                = 120.000/8.000
                                  = 15

 Kelemahan dari Analisa Break Even Point.

Walaupun Analisa Break Even Point ini telah banyak dipergunakan oleh berbagai perusahaan, namun tidak bisa nafikanbahwa analisa break even point ini memiliki beberapa kelemahan.